BERKATALAH
YANG BAIK, ATAU DIAMLAH
Oleh: Waznin Mahfud
KHUTBAH PERTAMA:
إِنّ
الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ
اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ
إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً
وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin Rahimakumullah wa
A'azzakumullah
Allah
Ta’ala senantiasa menyerukan agar kita menjadi hamba-hamba yang berbahagia di
dunia dan di akhirat, dengan cara mena-ati, patuh, dan mengikuti dengan ikhlas
petunjuk dan aturan Dinul Islam, yaitu rahmat bagi kita sekalian. Termasuk
bukti rahmat Allah dalam Dinul Islam adalah wasiat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dalam sunnahnya tentang menjaga lisan.
Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.
"Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik
atau hendaklah diam." (HR. al-Bukhari dan Muslim dari
sahabat Abu Hurairah).
Hadirin Rahimakumullah!
Wasiat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut menunjukkan betapa
pentingnya kedudukan lisan. Dengan lisan, seorang hamba bisa mencapai derajat
yang tertinggi, bahkan mendapat karunia yang amat agung di sisi Allah. Namun
sebaliknya, dengan lisan pula seorang hamba jatuh tersungkur ke dalam jurang kehinaan
yang sedalam-dalamnya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا
بَالاً، يَرْفَعُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي
جَهَنَّمَ.
"Sesungguhnya
seseorang mengucapkan kalimat dari keridhaan Allah yang tidak diperhatikannya,
namun Allah mengangkatnya disebabkan kalimat itu beberapa derajat, dan
sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat dari kemurkaan Allah yang tidak
di-perhatikannya, sehingga Allah melemparkannya disebabkan kalimat itu ke dalam
Neraka Jahanam." (HR. al-Bukhari).
Hadirin Rahimakumullah!
Itulah
kekuatan lisan dalam menentukan kedudukan dan keselamatan seorang hamba.
Kemudian marilah kita renungkan, bagaimana agar kita secara pribadi-pribadi
sekaligus secara maj-muk masyarakat, mampu mempergunakan kekuatan lisan kita
untuk mencapai kedudukan yang tinggi, derajat yang terhormat, bahkan pangkat
yang paling mulia, bukan hanya di kalangan manusia atau segenap makhluk, akan
tetapi kemuliaan di sisi Allah juga, bagaimana caranya?
Junjungan
kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin yang
paling mengasihi dan menyayangi umatnya, telah berpesan serta berwasiat demi
keselamatan, kemuliaan, serta ketinggian derajat kita, umat beliau, dalam sabda
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menerangkan,
إِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ مَا يَظُنُّ أَنْ
تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ
يَلْقَاهُ.
"Sesungguhnya
seseorang dari kalian berkata dengan perkataan yang diridhai Allah, dia tidak
menyangka bahwa kalimat itu bisa sampai pada apa yang dicapai (oleh kalimat
itu), kemudian Allah mencatat baginya disebabkan kalimat itu pada keridhaanNya
sampai hari dia bertemu denganNya." (HR. Ahmad,
at-Tirmidzi, an-Nasa`i, Ibnu Hibban dari sahabat Bilal bin Harits رضي الله عنه).
Sekali
lagi, kita perhatikan dalam wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
tersebut, bahwa derajat yang tinggi dapat dicapai dengan kalimat yang diridhai
oleh Allah. Kalimat apakah itu?
Hadirin Rahimakumullah!
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menunjukkan bahwa kalimat yang diridhai
oleh Allah Ta’ala, dijamin dapat menyelamatkan dan menjadikan kita bahagia
bahkan mencapai derajat yang setinggi-tingginya di sisi Allah adalah dzikir
kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَلاَ
أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ
وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ
وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا
أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ. قَالُوْا: بَلَى. قَالَ: ذِكْرُ
اللهِ.
"Maukah
aku tunjukkan kepada kalian tentang sebaik-baik amal kalian, yang paling bersih
di sisi Maharaja kalian, amalan yang paling tinggi (yang mengangkat) derajat
kalian, dan lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas maupun perak,
juga lebih baik (bagi kalian) daripada kalian bertemu musuh kalian, kemudian
kalian memenggal leher mereka atau mereka memenggal leher kalian?" Mereka
(para sahabat) menjawab, "Tentu (wahai Rasulullah)." Beliau bersabda,
"Dzikir kepada Allah Ta’ala." (HR. Ahmad,
at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim).
Bersyukurlah
bapak-bapak, saudara-saudara, hadirin rahimakumullah! Hanya karena hidayah dan
taufik Allah semata, kita dapat senantiasa berdzikir dan bersyukur kepadaNya..
Maka
sekarang tergantung kita, apakah kita sebagai umat, sebagai bangsa, sebagai
generasi, ingin tetap mempertahankan kedudukan yang mulia dan tertinggi itu,
atau malah kita tidak mau peduli dan tidak mau sadar bahwa kita sedang menukik
terjun ke dalam jurang kehinaan dan kehancuran umat dan bangsa.
Hadirin Rahimakumullah!
Tiada
cara untuk bisa mempertahankan kedudukan termulia dan tertinggi itu selain dari
bersyukur kepada Allah, senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan lisan, dengan
berupaya mengguna-kannya untuk mengucapkan kalimat yang diridhai Allah Ta’ala
semata, menggunakan lisan hanya untuk menyeru kepada Allah, memperbanyak dzikir
di manapun berada, sehingga bibir senantiasa basah oleh dzikir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh seorang sahabat,
"Duhai Rasulullah, sesungguhnya syari'at Islam telah terlalu banyak yang
harus aku jalankan, maka beritahukan kepadaku apa yang dapat aku pegangi (terus
menerus)." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ
ذِكْرِ اللهِ.
"Lidahmu
tidak henti-hentinya basah dari dzikir kepada Allah."
(HR. at-Tirmidzi).
Di
samping itu juga, sangat dianjurkan bahkan akan memperoleh satu kedudukan yang
tinggi jika kita menggunakan lisan untuk bermudzakarah, menyebarkan, dan
menuntut ilmu. Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."
(Al-Mujadilah: 11).
Hadirin Rahimakumullah!
Dengan
cara seperti itulah kaum Muslimin senantiasa bisa mempertahankan kedudukan yang
paling mulia sejak zaman para Nabi dan Rasul sampai saat sekarang, maka
janganlah sekali-kali kita melupakan atau tidak mau mewarisinya dengan
sungguh-sungguh, sehingga tersungkur dalam jurang kehancuran, karena tidak
mampu lagi menjaga lisan dan mensyukurinya dengan sebaik-baiknya.
Apabila
kita tidak mampu untuk berkata yang baik, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memberi satu solusi jitu yaitu, "Diamlah!"
Karena
diam itu mampu menahan seorang hamba agar tidak jatuh ke dalam jurang
kehancuran.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ صَمَتَ نَجَا.
"Siapa
yang diam, niscaya akan selamat." (HR. Ahmad,
at-Tirmidzi, ad-Darimi, Ibnul Mubarak, Ibnu Abi ad-Dunya).
Dengan
diam, kita akan selamat dari jurang neraka, seperti yang diperingatkan oleh
Rasulullah dalam haditsnya, "Dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan
kalimat dari yang dimurkai Allah yang tidak diperhatikannya, sehingga Allah
melemparkannya disebabkan kalimat itu ke dalam Neraka Jahanam." (HR.
al-Bukhari).
Hadirin Rahimakumullah wa
A'azzakumullah!
Sesungguhnya
perkataan yang tidak baik dapat menyebab-kan kehancuran dan kesengsaraan di
dunia dan di akhirat, semua itu dikarenakan tidak mau mengendalikan lisan atau
tidak bisa diam.
Di
sini khatib mencoba menyebutkan beberapa ucapan yang harus kita hindari, agar
kita selamat dari laknat dan murka Allah:
1. Berdusta Atas Nama Allah
Jika perbuatan itu
dilakukan, maka dia termasuk orang-orang yang zhalim, yang telah dipersiapkan
baginya azab yang sangat pedih dan mengerikan oleh Allah, Allah berfirman,
وَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللّهِ كَذِباً أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ
لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
"Dan
siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan
terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang
aniaya itu tidak mendapat keberuntungan."
(Al-An'am: 21).
Allah berfirman,
وَلاَ
تَقُولُواْ لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَـذَا حَلاَلٌ وَهَـذَا
حَرَامٌ لِّتَفْتَرُواْ عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى
اللّهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ
"Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah
tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab
yang pedih." (An-Nahl: 116–117).
2. Membantah Atau Berpaling Dari Kitab Atau Sunnah Rasulnya.
Perbuatan
ini akan menyebabkan kemurkaan Allah, sehingga Allah membiarkannya berkubang
lebih lama di dalam kesesatan, setelah itu dilemparkan ke dalam Neraka Jahanam
sebagai tempat yang paling buruk, di dalam Jahanam dia akan memakan buah Zaqqum
yang memenuhi perutnya, ketika haus, dia akan memi-num air nanah yang sangat
panas, Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن
يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ
سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ
مَصِيراً
"Dan
barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasai-nya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam,
dan Jahanam itu seburuk-buruknya tempat kembali."
(An-Nisa`: 115).
Allah
Ta’ala berfirman, "Kemudian sesungguhnya kamu hai orang yang sesat lagi
mendus-takan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan meme-nuhi perutmu
dengannya. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum
seperti unta yang sangat haus minum." (Al-Waqi'ah: 51-55).
3. Menertawakan Atau Mengolok-Olok Syari'at Allah,
Mengolok-Olok Nabi Maupun Al-Qur`an
Allah
mengancam orang-orang yang berbuat demikian dengan cap munafik dan kafir,
bahkan orang-orang yang sekedar duduk-duduk bersama mereka ketika mereka sedang
mengolok-olok sya-ri'at Allah, RasulNya dan al-Qur`an, Allah setarakan
kedudukan mereka dengan orang-orang kafir dan munafik di Neraka Jahanam. Allah
Ta’ala berfirman,
وَقَدْ
نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللّهِ يُكَفَرُ
بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلاَ تَقْعُدُواْ مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي
حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذاً مِّثْلُهُمْ إِنَّ اللّهَ جَامِعُ
الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعاً
"Dan
sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam al-Qur`an bahwa apabila
kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh
orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki
pembica-raan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian),
tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan
orang-orang munafik dan orang-orang kafir di da-lam jahanam."
(An-Nisa`: 140).
Allah
berfirman, "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang
mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab, 'Sesungguhnya kami hanya
bersenda gurau dan bermain-main saja.' Katakanlah, 'Apa-kah dengan Allah,
ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?' Tidak usah kamu minta
maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari
kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain)
disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa."
(At-Taubah: 65 – 66).
4. Gemar Bersumpah Palsu, Mengadu Domba Dan Menyebar-Kan Fitnah
(Berita Bohong)
Allah
Ta’ala berfirman,
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِينٍ{10} هَمَّازٍ مَّشَّاء بِنَمِيمٍ{11}
"Dan
janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak
mencela, yang kian kemari menghambur fitnah."
(Al-Qalam: 10–11).
5. Menuduh.
Allah
Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا
فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ{23} يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ
أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ{24}
"Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh (berbuat zina) wanita-wanita yang baik-baik, yang
lengah lagi beriman, mereka menda-patkan laknat di dunia dan akhirat, dan bagi
mereka azab yang besar, pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka
menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(An-Nur: 23–24).
وَمَن يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ
إِثْماً ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئاً فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَاناً وَإِثْماً
مُّبِيناً
"Dan
barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkan kepada
orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan
dan dosa yang nyata." (An-Nisa`: 112).
6. Ghibah, Gosip, Menggunjing, Dan Berburuk Sangka
Allah
Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
"Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasang-ka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah
salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
(Al-Hujurat: 12).
Banyak
bicara (tanpa manfaat), menyakiti hati, kalimat sia-sia, bersenda gurau yang
melalaikan Allah, bermain-main dengan doa, menjuluki dengan julukan yang jelek
dan menyebut-nyebut pemberian yang telah diberikan kepada seseorang, juga termasuk
ke dalam serangkaian berkata yang mengakibatkan kita terjerumus ke dalam jurang
neraka, maka kita semua harus menghindari semua itu, agar kita terhindar dari
laknat dan murka Allah. .
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذا،
وَأَسْتَغْفِرُ اللّهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ, إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH YANG KEDUA
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا
Hadirin Rahimakumullah!
Marilah
kita semua memohon perlindungan kepada Allah dari semua jenis penyelewengan dan
penyalahgunaan nikmat lidah atau lisan yang dapat menghancurkan diri dan umat
kita sekalian. Dan janganlah kalian mengobral omongan dan banyak bicara, karena
banyak bicara, banyak salahnya.
Jauhilah
berlebihan dalam berbicara, karena itu menyebabkan derajat umat ini jatuh,
termasuk parodi, melucu dengan kebohongan. Nabi terkasih junjungan kita,
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَيْلٌ لِلَّذِيْ يُحَدِّثُ
بِالْحَدِيْثِ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ فَيَكْذِبُ، وَيْلٌ لَهُ، وَيْلٌ لَهُ.
"Celakalah
bagi orang yang bercerita untuk membuat orang-orang tertawa dengannya, kemudian
dia berdusta, celaka baginya, celaka baginya."
(HR. at-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).
وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ
عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟
"Apakah
ada yang menjerumuskan manusia dengan wajah-wajah mereka (terseret) selain
hasil dari lidah mereka?" (HR. at-Tirmidzi).
Kita
memohon perlindungan kepada Allah dari berbicara batil dan memohon taufik
kepada Allah agar senantiasa berbicara yang benar, baik, atau diam. Semoga
Allah mengangkat derajat kita dan senantiasa terus meningkatkan derajat kita
setinggi-tingginya di dunia dan di akhirat. Amin.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ
وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ
رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ
تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ
اْلعَالمَِينَ.