I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perkembangan komoditas buah-buahan di Indonesia berjalan cukup pesat, ditambah dengan introduksi buah-buahan subtropik dari luar negeri yang ternyata dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik dalam kondisi iklim seperti di Indonesia. Salah satu buah subtropik yang telah lama dibudidayakan di Indonesia adalah stroberi. Stroberi merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan pangsa pasar yang baik, dengan jumlah produksi untuk tingkat dunia sebesar 3.198.689 ton setiap tahunnya (Hui, 2006). Warna stroberi yang merah menyala, segar, aromanya yang khas, dan harganya yang relatif mahal membuat stroberi menjadi buah elit yang cukup digemari. Masalah utama stroberi adalah sifatnya yang mudah rusak oleh pengaruh mekanis dan memiliki umur simpan yang singkat. Stroberi memiliki kadar air yang tinggi sehingga mudah busuk akibat aktivitas enzim atau mikroorganisme.
Menurut Winarno dan Wirakartakusumah (1981), usaha yang dilakukan untuk mencegah kerusakan pasca panen sekaligus mempertahankan umur simpan akibat laju respirasi dan transpirasi antara lain dengan penggunaan suhu rendah (pendinginan), modifikasi atmosfer ruang simpan, pemberian bahan kimia secara eksogen, pelapisan lilin, dan edible coating. Pelapisan lilin merupakan teknik penundaan kematangan yang sudah dikenal sejak abad XII. Lilin yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber seperti dari tanaman, hewan, mineral, maupun lilin sintetis.
Perkembangan komoditas buah-buahan di Indonesia berjalan cukup pesat, ditambah dengan introduksi buah-buahan subtropik dari luar negeri yang ternyata dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik dalam kondisi iklim seperti di Indonesia. Salah satu buah subtropik yang telah lama dibudidayakan di Indonesia adalah stroberi. Stroberi merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan pangsa pasar yang baik, dengan jumlah produksi untuk tingkat dunia sebesar 3.198.689 ton setiap tahunnya (Hui, 2006). Warna stroberi yang merah menyala, segar, aromanya yang khas, dan harganya yang relatif mahal membuat stroberi menjadi buah elit yang cukup digemari. Masalah utama stroberi adalah sifatnya yang mudah rusak oleh pengaruh mekanis dan memiliki umur simpan yang singkat. Stroberi memiliki kadar air yang tinggi sehingga mudah busuk akibat aktivitas enzim atau mikroorganisme.
Menurut Winarno dan Wirakartakusumah (1981), usaha yang dilakukan untuk mencegah kerusakan pasca panen sekaligus mempertahankan umur simpan akibat laju respirasi dan transpirasi antara lain dengan penggunaan suhu rendah (pendinginan), modifikasi atmosfer ruang simpan, pemberian bahan kimia secara eksogen, pelapisan lilin, dan edible coating. Pelapisan lilin merupakan teknik penundaan kematangan yang sudah dikenal sejak abad XII. Lilin yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber seperti dari tanaman, hewan, mineral, maupun lilin sintetis.
Proses pelapisan lilin sering dikombinasikan dengan fungisida untuk mengendalikan pembusukan pada buah selama penyimpanan. Fungisida dapat diberikan dengan cara mencelup buah sebelum diberi lapisan lilin. Menurut Eckert (1996) penggunaan benlate dengan konsentrasi rendah tidak mempengaruhi rasa dan sekaligus dapat berfungsi sebagai bahan anti bopeng sehingga penampakan buah lebih baik. Penelitian ini tidak digunakan fungisida karena stroberi merupakan buah yang dapat dimakan langsung semua bagian buahnya sehingga tidak perlu ditambahkan fungisida.
Buah stroberi merupakan buah yang rentan dengan penurunan kualitas, untuk itu harus benar-benar memperhatikan berbagai aspek dalam penanganan stroberi. Salah satu cara untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan kesegaran buah stroberi adalah dengan pelapisan lilin pada permukaan buah. Pelapisan lilin pada buah stroberi bertujuan untuk mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, menghambat laju respirasi, dan mengkilapkan kulit buah sehingga menambah daya tarik bagi konsumen. Pelapisan lilin dengan kepekatan dan ketebalan yang sesuai dapat menghindarkan keadaan aerobik pada buah dan memberikan perlindungan yang diperlukan terhadap luka/goresan pasda permukaan buah (Pantastico, 1986).
Jenis lapisan lilin yang digunakan dalam penelitian ini adalah lilin lebah. Lilin lebah pada umumnya digunakan sebagai bahan kosmetik, bahan pembuat lilin bakar, dan industri pemeliharaan. Selain itu lilin lebah juga banyak digunakan untuk
pelilinan komoditas hortikultura karena mudah diperoleh dan murah. Lilin ini berwarna kuning terang sampai coklat kehijauan.
Hasil penelitian Dominica (1998) diketahui bahwa kombinasi perlakuan suhu dingin (15-18oC) dapat memperpanjang umur simpan buah papaya selama 7 hari. Pada jeruk pacitan, kesegaran buah dapat dipertahankan dengan pemberian lapisan lilin 6% setelah disimpan pada suhu rendah (Nainggolan, 1992).
B. Perumusan Masalah
1. Berapa konsentrasi lilin yang paling baik untuk memperpanjang umur simpan buah stroberi dengan pengemas styrofoam tray dan stretch film.
2. Bagaimana perubahan mutu buah stroberi yang tidak dilapisi lilin dan yang dilapisi lilin pada penyimpanan suhu dingin dan suhu ruang dengan kemasan styrofoam tray dan stretch film yang mampu diterima berdasarkan beberapa parameter mutu serta penerimaan konsumen setelah produk disimpan.
C. Tujuan
Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui konsentrasi lilin yang paling baik untuk memperpanjang umur simpan buah stroberi dengan pengemas styrofoam tray dan stretch film.
2. Mengetahui perubahan mutu setelah penyimpanan yang meliputi kadar air, kandungan vitamin C, warna, tekstur dan tingkat kesukaan pada pelapisan lilin
buah stroberi yang di simpan dalam suhu dingin dan suhu ruang dengan pengemas styrofoam tray dan stretch film.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan alternatif cara penanganan pasca panen stroberi dalam memperpanjang umur simpan yaitu dengan teknik pelilinan.
2. Memberikan informasi mengenai konsentrasi lilin yang paling baik untuk memperpanjang umur simpan buah stroberi yang disimpan dalam suhu ruang dan suhu dingin dengan menggunakan kemasan styrofoam tray dan stretch film.
3. Memberikan informasi mengenai perubahan mutu yang terjadi dengan atau tanpa pelilinan selama penyimpanan suhu dingin dan suhu ruang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroberi
Stroberi merupakan buah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Daya tarik buah ini terletak pada warnanya yang merah mencolok dengan bentuk yang mungil, menarik, dan rasanya yang manis segar. Negara penghasil utama stroberi di dunia adalah Amerika Serikat dengan produksi sekitar 224.000 ton per tahun (Gunawan, 1995). Dibandingkan dengan luar negeri, usaha stroberi di Indonesia masih tergolong pada skala kecil.
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20 oC. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%. Ada beberapa varietas stroberi yang ditanam di Desa Serang, diantaranya Oso Grande, Sweet Charlie, dan Santung (Belanda). Namun yang paling banyak dibudidayakan adalah varietas Oso Grande karena lebih tahan lama sehingga lebih menguntungkan bagi petani. Varietas Sweet Charlie buahnya besar-besar namun tidak tahan lama, sehingga kurang awet apabila dikirim ke daerah di luar Purbalingga.
Bagian yang dikonsumsi dari stroberi mencapai 96% sedangkan kandungan nutrisi per 100 gram buah dapat dilihat pada Tabel 1.